Sabtu, 19 Juni 2010

Video Mesum Striptease di Meteor Surabaya

striptease_di_meteor_surabaya

SURABAYA - Unit III Satreskrim Polwiltabes Surabaya menggerebek Meteor setelah mendapat informasi adanya tari striptis di tempat hiburan Jalan Arjuna itu. Petugas mendapati tari tanpa busana yang dilakukan Asri Surachman alias Tamara, warga Jalan H. Geming, Bekasi, di kamar 222.

Di samping menangkap Tamara, polisi juga mengamankan tiga orang lagi. Yakni Mutina alias Mami Tina, 54, warga Kalibokor; Iis, 19, dan Ida, 23. Dua nama terakhir beralamat di Bogor.

Di bagian lain, polisi terus menelusuri keterlibatan manajemen Meteor dalam kasus tari striptis yang dilakukan Tamara. Tiga karyawan Meteor telah dimintai keterangan. Mereka adalah Nining (kasir), Arif (captain), dan Juwita (marker). Dalam pemeriksaan, ketiganya mengakui bahwa manajemen mengetahui penyelenggaraan tarian di kamar VIP atau kamar karaoke. Namun, tarian yang disajikan bukan tari telanjang, melainkan sexy dancer dengan pakaian seksi.

“Kasir mengakui jika tarian Tamara dibayarkan ke manajemen. Yakni, sebesar Rp 500 ribu,” kata Kanit III AKP Radiant. “Tapi, itu kan bukan untuk tarian telanjang, melainkan sexy dancer,” tambahnya.

Karena itu, fokus penyelidikan polisi kini mengarah ke inisiatif tampil bugil di kamar 222 itu. “Apakah inisiatif Tamara atau ada yang mengordinir. Itu yang perlu dibuktikan,” tandas Radiant

PROSES PEMBOOKINGAN YANG SARAT NUANSA KORUPSI

Menurut AKP Radiant, penggerebekan yang dilakukan itu setelah polisi mendapat informasi dari masyarakat jika dancer di Meteor bisa diboking untuk menari bugil di kamar VIP. Untuk membuktikan itu, tiga kali polisi datang ke tempat hiburan malam ternama di Surabaya selatan itu. Hasilnya, tidak meleset. Di hari pertama dan kedua, para polisi berotak mesum tersebut sukses memboking seorang dancer dan menari telanjang di sebuah ruang VIP.

Begitu menginjak hari ketiga, rombongan polisi yang datang, langsung memesan penari bugil lewat seorang karyawan. Ketika memesan, katanya dancer sudah habis dan sekarang lagi menari di VIP 222. Seketika itu, polisi masuk dan menggerebek tarian erotis yang disaksikan beberapa kaum lelaki.

Entah mengapa harus sampai tiga kali para polisi tersebut menonton tarian erotis yang sudah jelas-jelas melanggar hukum dan tidak langsung menggrebek, kemungkinan besar para polisi itu menikmati sekali adegan striptease para penari tersebut. Dalam kasus prostitusi polisi tidak perlu sampai meniduri para PSK tersebut untuk membuktikan bahwa mereka PSK tetapi cukup pada waktu transaksi terjadi.

Bahkan ketika penggerebekan berlangsung, cewek asal Jakarta yang bermukim sementara di Jl Tidar tidak bisa berbuat-apa karena Polisi yang dipimpin Kanit Idik III AKP Radiant langsung mengambil foto Astri saat telanjang dan menyuruh Astri terus melanjutkan tarian telanjangnya dengan merekam oleh handycam. Tak pelak, suasana langsung berubah dengan teriakan histeris. Astri yang tidak mengenakan sehelai benang di tubuhnya disuruh mengenakan pakaian yang ditanggalkan di lantai itu.

“Memfoto dan merekam adegan saat telanjang semata-mata untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” ujar Kasat Reskrim AKBP Syahardiantono didampingi Kanit Idik III AKP Radiant.

Setelah mengamankan Astri, polisi mencari mami dancer, Tina. Dari pengakuan Tina ada dua dancer lagi, tapi dalam kondisi tidak bekerja. Tina dan tiga dancer masing-masing Astri, Ida, 23, dan Iis, 19, dibawa ke mapolwiltabes untuk diperiksa. Pakaian yang dikenakan Astri seperti BH hitam dan celana dalam warna pink dijadikan barang bukti. Tidak itu saja, polisi juga menyita slip order pemesanan dancer.

Ketika ditanya apakah bila proses perkara telah seleasi foto dan film itu akan dimusnahkan, para polisi itu hanya tersenyum-senyum saja.

”Lelaki yang memboking kami periksa sebagai saksi,” ujar AKP Radiant sembari merahasiakan nama pemesan tarian erotis itu. “Laki-laki tidak pernah salah dalam kasus tarian striptease atau pelacuran, mereka hanya korban disini,”

Dalam pemeriksaan terungkap, untuk memboking dancer di VIP harganya Rp 500.000 per 30 menit. Itu belum termasuk tips dari tamu yang menonton. Rata-rata tiap tamu harus merogoh dompet Rp 100.000 yang ditempelkan ke sembarang tempat di tubuh penari. ”Kalau diberi Rp 50.000 ditempelkan bagian atas, penari protes, lho yang bawah kok belum dikasih,” ujar polisi yang memboking dancer.

Kasus striptis di Meteor One Stop Entertainment (Mose) berbuntut panjang. Selain Penyidik Unit III Satreskrim Polwiltabes Surabaya yang melakukan mengusut, pemkot juga memelototi kasus itu. Izin Meteor terancam dicabut karena sudah dua kali kasus yang sama terjadi di tempat hiburan itu.

Wali Kota Bambang D.H. menegaskan, pemkot tidak bisa menoleransi sikap pengelola Meteor yang nekat mengadakan pertunjukan tari telanjang di diskotek itu. “Saya sudah sampaikan ke Pak Hartoyo (Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Suhartoyo, Red) agar jangan ragu-ragu mengambil tindakan tegas. Karena ini bukan yang pertama dilakukan Meteor,” tegas Bambang seusai upacara HUT Bakesbang Linmas di Taman Surya kemarin (21/4).

Bambang memerintahkan Disbudpar untuk mengkaji perizinan tempat usaha yang seolah kebal hukum itu. Pengkajian itu berpijak pada Perda Nomor 6/2003 tentang kepariwisataan, dan peraturan wali kota (Perwali) sebagai tindak lanjut atas Perda 6/2003.

“Soal penyegelan kita belum bisa putuskan. Biar dikaji Pak Hartoyo dulu,” kata politikus PDIP itu.

Kendati demikian, kata Bambang, tak menutup kemungkinan pemkot mencabut izin operasional tempat hiburan di Jalan Arjuna itu. “Kan sudah ada peringatan satu tapi diabaikan. Bisa jadi izinnya kita cabut,” ucapnya.

Kepala Disbudpar Suhartoyo menegaskan pihaknya siap menjalankan peraturan yang berlaku dalam kasus Meteor itu. “Kita siap menegakkan aturan. Selagi aturan menyebutkan dan mengatur pencabutan izin operasional, cabut saja,” tegasnya.

Dia menambahkan, pemkot tengah meneliti keberadaan dokumen izin Meteor. “Saya akan berpedoman pada perda dan perwali. Saya siap menyegel, bahkan mencabut izinnya bila memang harus begitu,” ucapnya. Pemkot juga terus memantau perkembangan penyelidikan kepolisian.

Sementara itu, Manager Operasional Meteor M. Arifin belum bisa dikonfirmasi terkait warning pemkot tersebut. Berkali-kali dihubungi, ponselnya tidak diaktifkan.

Striptease di Meteor Surabaya

1 komentar:

  1. Hebooh Banget Yaa..

    Http://www.endriagus.blogspot.comHebooh Banget Yaa..

    Http://www.endriagus.blogspot.com

    BalasHapus